وَإِذَا وَقَعَ
الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْرَجْنَا لَهُمْ دَابَّةً مِّنَ الْأَرْضِ تُكَلِّمُهُمْ
أَنَّ النَّاسَ كَانُوا بِآيَاتِنَا لَا يُوقِنُونَ ﴿٨٢﴾
“Apabila perkataan (ketentuan masa kehancuran alam) telah berlaku
atas mereka kami keluarkan makhluk bergerak yang bernyawa dari bumi yang akan
mengatakan kepada mereka (orang-orang kafir) bahwa manusia pendahulu tidak
yakin kepada ayat-ayat Kami.” (QS. an-Naml [27]: 82)
Pada
saat kekufuran merebak, satelit-satelit diterbangkan dari bumi untuk mengungkap
misteri di balik alam semesta dan menggali pengetahuan akan hakikat jagat raya
yang amat luas ini. Namun, apakah mungkin satelit-satelit itu adalah
binatang melata yang telah dinobatkan Al-Qur’an dalam surat an-Naml ayat 82 di
atas? Namun menurutku yang disebut sebagai makhluk bergerak yang bernyawa dari
bumi yang akan mengatakan pada orang-orang kafir bahwa manusia pendahulu tidak
yakin kepada ayat-ayat Al-Qur’an adalah keluarnya Ya’jud Ma’jud pada saat Hari
Kiamat nanti.
www.space.com |
Pernyataan di atas merupakan salah satu bentuk penyimpangan dalam penafsiran Al-Qur’an. Hal itu tidak lain merupakan upaya untuk mengarahkan Al-Qur’an agar sesuai dengan hawa nafsu manusia itu sendiri. Solusi atas penyimpangan di atas bukanlah dengan mengabaikan semua mukjizat ilmiah, yang telah sangat banyak ditemukan oleh para ilmuwan dan para sufi, dan yang sudah satu suara dengan Al-Qur’an, tetapi dengan cara kembali kepada prinsip-prinsip tafsir yang disepakati para ulama sehingga dengan begitu akan lahir kemaslahatan bagi syariat-syariat Islam dan tersingkir segala bentuk kerusakan.
Sumber: www.nasa.gov |
Tampaknya upaya untuk menyingkirkan
penafsiran yang keliru dalam tradisi tafsir ilmiah, serta kebutuhan akan adanya
syarat-syarat dalam penafsiran Al-Qur’an secara umum dan penafsiran ilmiah
secara khusus, adalah salah satu manfaat besar dari mukjizat ilmiah di dalam
Al-Qur’an.
Wallahualam…
0 comments:
Post a Comment
Thanks for your comments...