Kasih Ibu kepada Beta tak
terhingga sepanjang masa…
Hanya memberi tak harap kembali,
bagai sang Surya menyinari dunia…
Ya! bagai sang Surya menyinari
dunia itulah kiasan yang sangat tepat diberikan untuk kasih sayang seorang Ibu.
Ibu yang memberikan kasih berupa kehidupan kita dan memberi sayang berupa
didikannya dari lahir sampai sekarang. Kasih dan sayang yang apabila ditukar
dengan apapun selalu tidak cukup untuk ditukarkan. Dengan demikianlah, sosok
seorang Ibu adalah sosok yang sangat tangguh, tahan banting dan berjiwa sangat
besar. Bayangkan apabila tiada Ibu, akankah kita lahir dengan keadaan sehat
seperti ini? Akankah kita bisa sebesar dan seberkembang ini? Apakah kita bisa
seberkarakter ini tanpa sosok seorang Ibu? Yah, mungkin pertanyaan-pertanyaan
itu membuat kita kembali merenungkan dan membayangkan jerih payah seorang Ibu
membentuk kita dari dalam. Aku menyebutnya dari dalam, karena ilmu seorang Ibu
ialah ilmu tentang perasaan dari dalam hati. Ilmu yang melatih kita berkasih
sayang antar sesama, melatih mencintai antar sesama, melatih batin kita.
Berbeda dengan sosok Papah yang
selalu jauh dariku, sosok Ibu adalah sosok yang paling dekat dengan
anak-anaknya. Sosok yang paling tahu seluk-beluk anak-anaknya. Sosok yang
paling tahu sifat, kebiasaan dan
karakter anak-anaknya sejak lahir hingga sebesar ini. Begitu banyak pengorbanannya
untuk membentuk karakter anak-anaknya. Meski banyak sekali batu terjal selama
perjalanan, namun Beliau selalu percaya akan apa tujuannya dan yakin akan bisa
meraihnya dengan bimbingan pula dari Papah. Beliau adalah Ibu yang sangat pekerja keras dimataku, ya paling tidak setelah kusadari sekarang...
Begitu banyak ilmu dan kasih
sayang yang diberikan sampai-sampai kasih sayang tersebut dianggap biasa dan
kurang dihargai. Padahal ilmu dan kasih sayang tersebut adalah yang paling
dasar untuk kehidupan, tanpa itu semua mungkin kita sudah berada dalam jalan
yang tiada ujung dan tiada petunjuk satupun. Mungkin terkadang Ibulah yang
mengenali diri kita melebihi kita mengenali diri kita sendiri. Hal itu baik
karena apabila kita tidak terasa berjalan ke arah yang salah, Ibu akan kembali
meluruskan lagi—meluruskan dari dalam tentunya, secara batin.
Sebuah keluarga yang ideal
terdiri dari Ayah, Ibu, dan anak-anaknya. Menurutku, memang Ayah adalah sebagai
kepala keluarga—sebagai pemimpin dan penggerak dalam keluarga. Namun, apabila
Ayah sudah menjalankan suatu program untuk mencapai cita-cita keluarga dengan
sangat semangat sedangkan Ibu kurang kerja kera, kerja sama, dan komunikasi
maka cita-cita itu sangat sulit untuk dicapai. Begitu pula dengan sebaliknya. Maka,
berkualitas tidaknya suatu keluarga dipengaruhi karakter masing-masing dan
kerja sama antar anggotanya. Terima kasih Ibu. Atas semua supportmu, ilmumu, bekalmu untuk masa depanku nanti…
You’re My Best
Mom ! Always Be ! Never End !
1 comments:
yeah, we have our own best mom ever! :)
Post a Comment
Thanks for your comments...