اللَّهُ
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ
الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا ﴿١٢﴾
“Allah menciptakan tujuh langit dan dari (penciptaan) bumi juga
serupa. Perintah Allah berlaku padanya, agar kalian mengetahui bahwa Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. ath-Thalaq [65]: 12)
Sumber: www.space.com |
Abu Dhahi meriwayatkan bahwa Ibnu
Abbas membaca ayat, “Allah yang menciptakan
tujuh langit dan dari (penciptaan) bumi juga serupa.” Lalu Ibnu berkata, “Ada
tujuh bumi dan di setiap bumi terdapat nabi-nabi seperti nabi-nabi kalian. Ada
Adam seperti Nabi Adam, ada Nuh seperti Nabi Nuh, ada Ibrahim seperti Nabi
Ibrahim, dan ada Isa seperti Nabi Isa.”
Imam Baihaqi menyatakan bahwa sanad riwayat ini shahih dari Ibnu Abbas.
وَلِلَّهِ
يَسْجُدُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَظِلَالُهُم
بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ ۩ ﴿١٥﴾
“Semua sujud kepada Allah, baik yang di langit maupun yang di bumi,
baik dengan kemauan sendiri maupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayang
mereka pada waktu pagi dan petang hari.” (QS. ar-Ra’d [13]: 15)
Seribu tahun yang lalu, ulama tafsir telah
menjawab beberapa pertanyaan yang dibingungkan para astronom saat ini. Alam semesta yang amat luas ini dipadati
oleh mereka yang senantiasa bertasbih, makhluk berakal, makhluk tidak berakal,
dan ciptaan-ciptaan lain yang kehebatannya tidak bisa diketahui siapa pun
kecuali oleh Allah, betul tidak?
Imam
Mawardi pernah menyebutkan, “Jika
tidak ada seorang pun penduduk bumi yang dapat mencapai bumi lain, berarti
dakwah Islam khusus bagi penduduk bumi ini saja. Akan tetapi, jika ada orang
dari bumi ini yang mampu mencapai bumi yang lain, maka dia boleh menyerukan
dakwah Islam kepada penduduk bumi yang lain itu disebabkan kemampuannya untuk
mencapai bumi lain itu, tetapi boleh juga tidak. Karena sekalipun di bumi lain
itu ada makhluk berakal, maka seruan dakwah itu hukumnya wajib. Kalaupun memang
begitu, tentunya pasti ada nash yang memerintahkan hal itu dan Rasulullah SAW
pun juga akan menerima perintah dakwah itu.”
Iya apabila yang berhasil ke bumi lain itu seorang muslim, apabila tidak,
haruskah kita—orang-orang muslim, mengkudeta pencapaian itu agar bisa berdakwah
di bumi lain itu?
Dalam
tafsir ayat, “Allah menciptakan tujuh
langit dan dari (penciptaan) bumi juga serupa…” (QS. ath-Thalaq [65]:
12), pendapat para ahli tafsir terbagi menjadi dua. Pendapat paling
kuat—pendapat jumhur—menyatakan bahwa
maksud ayat itu adalah tujuh lapis bumi, dimana sebuah lapisan bertumpuk dengan
lapisan yang lain dengan jarak sejauh bumi dan langit, dan di setiap bumi itu ada
penduduk yang diciptakan oleh Allah.
Imam
Qurthubi juga berpendapat, “Berkenaan
dengan masalah langit yang mereka (penduduk bumi) lihat dan cahaya yang mereka
terima, Imam Mawardi mengatakan bahwa ada dua pendapat dalam masalah ini.
Pertama, para penduduk bumi lain melihat langit pada semua sisinya dari bumi
mereka dan menerima cahaya dari langit itu. Ini adalah pendapat mereka yang
menganggap bahwa bumi adalah datar. Kedua, para penduduk bumi lain tidak dapat
melihat langit, tetapi Allah memberi mereka cahaya dari hadirat-Nya. Ini adalah
pendapat mereka yang menganggap bahwa bumi ini bulat.”
Imam
Mawardi menyimpulkan, “Karena
terdapat tujuh bumi yang bertumpuk-tumpuk, maka dakwah Islam hanya diwajibkan
kepada penduduk bumi yang tertinggi dan tidak diwajibkan kepada penduduk bumi
yang lain.”
Sengitnya
perdebatan antar ulama di atas menunjukkan bahwa manusia belum mengetahui
segalanya di dunia milik Allah ini. Maka perbanyak mendekatkan diri kepada-Nya
dengan selalu tawadu’ dihadapan-Nya agar mendapatkan ridho dari Sang Maha
Pencipta Yang Agung. Wallahualam…
0 comments:
Post a Comment
Thanks for your comments...