Kalau kalian ditanya soal siapa
idola kalian? Mungkin beberapa ada yang menjawab penyanyi terkenal, pemain
sepak bola terkenal, atau mungkin grup band terkenal. Yah,mungkin itu manusiawi
dan sudah sangat umum. Dan apabila aku ditanya persoalan yang sama, aku akan
dengan tegas menjawab; Tokoh yang menjadi inspirasi bagiku, seumur hidupku.
Meski jarak terbentang antara beliau dan aku, namun tetesan ilmunya selalu
berakhir padaku dan keluarganya. Bukan pada yang lain dan memang ditujukan
untuk itu.
Sejak kecil, Beliau selalu
mengarahkanku, Adikku, dan istri tercintanya—Ibuku untuk menjadi pribadi yang
berkualitas. Bukan untuk menjadi kaya, sukses, terkenal, namun hanya menjadi
berkualitas. Berkualitas jasmani dan rohani, berkualitas jiwa dan raga,
berkualitas pikiran dan hati. Mungkin sewaktu kecil, aku belum begitu merasakan
tujuan dari arahannya. Namun seiring dengan bertambah dewasa secara mental
dan fisik, aku mulai menyadarinya. Betapa besar jerih payah dan supportnya kepadaku dan keluarga untuk
menciptakan pribadi yang berkualitas itu.
‘Papah’ adalah panggilan yang aku
ciptakan untuknya sewaktu aku masih berumur empat tahun. Aku secara spontan
mengucapkanya, karena sejak kelahiranku aku belum merasa mempunyai sosok
seorang Ayah. Ya, mungkin aku masih mengerti kehidupan pada masa itu. Tapi
dengan senyum yang menyemangatiku, Beliau menyetujuinya saja. Meski banyak
kerabat dan tetangga yang mengomentari. “Kalo Ibu itu pasangannya ya Bapak,
Kalau Papah pasangannya Mamah, ini kok dicampur… Ibu pasangannya Papah… Gimana
to? ”. Yah, begitulah kira-kira. Namun hal itu sebenarnya tidak penting, yang
penting adalah peran, kerja sama, dan kebersamaannya bersama keluarga.
Pemikiran beliau yang sampai
sekarang melekat dan menjadi mental kami adalah “Ambil sebanyak-banyak
penderitaanmu selagi muda agar menjadi pelajaran dan panen hasilnya
sebanyak-banyak pula sewaktu tua nanti !”. Tak lain hanyalah agar menjadi
tangguh sewaktu muda dan menjadi berkualitas sewaktu tua dan menjadi teladan
untuk orang lain, utamanya untuk agama dan keluarganya. Dan jangan hiraukan
hal-hal sepele yang bisa merusak dan mengganjal kehidupanmu! Gunakan segala
sesuatu yang ada untuk mencapai tujuanmu! Itu pula pesan yang beliau nasihatkan
kepada kami setiap waktu. Satu lagi hobi Papah yang membuat aku sedikit
merinding. Papah sering membagi-bagikan uang tanpa perhitungan sedikitpun
kepada oranglain apalagi kepada kerabat-kerabatnya. Bahkan, Beliau memberikan
uang yang berjumlah besar kepada seseorang yang membutuhkan dengan cuma-cuma
padahal uang itu hasil jerih payahnya selama bekerja. Karena hanya satu yang
Beliau cari yaitu ridhoNya, ya ridho dari Allah yang merupakan sesuatu yang
tidak ada bandingannya dengan apapun di alam semesta ini.
Usaha, perjuangan, dan kasih
sayangnya kepada keluarga tak lekang oleh waktu. Dimanapun Beliau berada,
keluarganya selalu merasa mendapatkan ilmunya, kasih sayangnya, dan arahannya.
Beliau sebenarnya sangat berharap selalu dekat dengan keluarga agar bisa secara
langsung membimbing keluarganya dengan pengawasan penuh, namun memang Allah
memilihkan jalan ini ada maksudnya sendiri dan kita sebagai hambaNya haruslah
selalu lapang dada menerima dan selalu yakin bahwa Allah sedah menyiapkan yang
lebih baik untuk hamba-hambaNya di masa depan.
Pah ! I Always Love You !
I’m
Always Hungry for Your Teaching and Knowledge of Life !
You're My Father…
0 comments:
Post a Comment
Thanks for your comments...