Akbar's Scratch

My photo
One of Indonesian people. A Moslem Doctor. My dreams is my adventures, and my adventures is my life.

Popular Posts

Categories

Blog Archive

Murid dan Pengabdian

Alkisah, ketika Ibrahim Khawwas masih muda, ia ingin mengikuti seorang guru. Ia pun menemui salah seorang bijak agar diperbolehkan menjadi muridnya. 

Sang Bijak berkata,”Kau belum siap.”

Ibrahim Khawwas pantang menyerah dan tetap ngotot ingin menjadi murid dari sang Bijak itu.

Akhirnya sang Bijak itu berkata,”Baiklah, aku akan mengajarimu sesuatu. Aku akan berziarah ke Mekkah. Kau ikut denganku.”

Ibrahim Khawwas sangat gembira karena pengabdiannya diterima.

“Nah, anak muda, karena kita mengadakan perjalanan berdua, salah seorang dari kita harus menjadi pemimpin. Kau pilih menjadi apa?,” kata sang Guru.

“Saya pengikut saja, Guru yang memimpin,” kata Ibrahim tanpa pikir panjang.

“Tentu saja aku akan menjadi pemimpin dari perjalanan ini, asal kau tahu bagaimana menjadi pengikut yang baik,” kata sang Guru.

Perjalanan dimulai. Suatu malam, ketika mereka beristirahat di padang pasir Hejaz, hujan turun. Sang Guru bangkit, memegangi kain penutup, melindungi muridnya dari basah kuyup.

“Seharusnya saya yang melakukan itu, Guru,” kata Ibrahim.

“Kuperintahkan agar kau memperbolehkan aku untuk melindungimu. Bukankah tugas seorang pengikut adalah mematuhi perintah gurunya?,” sahut sang Guru.

Siang harinya, setelah merenungkan kejadian semalam Ibrahim Khawwas berkata,”Sekarang sudah tiba hari baru. Sekarang perkenankan saya menjadi pemimpin dan  Guru mengikuti perintah saya.”
Sang Guru mengiyakan hal tersebut.

“Baiklah, saya akan mengumpulkan kayu untuk membuat api unggun.” Kata Ibrahim.

“Kau tidak boleh melakukan hal itu. Aku yang akan melakukannya.” jawab sang Guru.

“Saya memerintahkan Guru untuk duduk sementara saya mencari kayu untuk membuat api unggun!” kata Ibrahim agak sengit.

“Kau tak boleh melakukan hal itu, sebab hal itu tidak sesuai dengan syarat menjadi murid. Pengikut tidak boleh membiarkan dirinya dilayani oleh pemimpinnya.” Kata sang Guru.

Sepanjang perjalanan, Ibrahim Khawwas benar-benar ‘dipermalukan’. Setiap saat, sang Guru menunjukkan kepadanya apa makna sebenarnya menjadi murid melalui pengalaman langsung. Akhirnya, Ibrahim Khawwas dan sang Guru berpisah di gerbang Mekkah. Ketika perpisahan itu, Ibrahim hanya bisa menunduk dan tak berani menatap mata sang Guru.


“Yang kau pelajari itu adalah sesuatu yang berkaitan dengan apa yang kau sebut murid dan pengabdian,” kata sang Guru.

0 comments:

Post a Comment

Thanks for your comments...

My Other Site

You're Trespasser Number:

CHAT WITH ME?

TRANSLATE

English French German Spain

Italian Dutch Russian Brazil

Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google
free counters
IP